Mental dan keadaan yang labil dalam kehidupan kita, sering hadir pada saat yang tidak kita duga.. Karena itu lingkungan mempunyai peluang
yang besar untuk mempengaruhi kita untuk menjadi "pengikut" ke arah mana lingkungan itu sedang bergerak.. Sebagian memang punya saringan dan daya tahan yang tinggi terhadap pengaruh lingkungan. Namun,di saat kondisi kita sedang labil, kala itulah lingkungan
berusaha menyeret kita kearah yang kadang kita benci—
dalam kehidupan kita sebelumnya. Kita mungkin pernah kehilangan apa yang kita miliki, sayangi dan bangun dimasalalu karena suatu masalah, dan bisa jadi saat ini kita "dijebak" lungkungan untuk menjadi bagian dari masalah itu sendiri.
dalam kehidupan kita sebelumnya. Kita mungkin pernah kehilangan apa yang kita miliki, sayangi dan bangun dimasalalu karena suatu masalah, dan bisa jadi saat ini kita "dijebak" lungkungan untuk menjadi bagian dari masalah itu sendiri.
Terkadang, apa yang kita sebut teman, tak selamanya adalah teman. Pertemanan
yang apabila tidak dilandasi oleh persaudaraan darah, ukhuah islamiah maupun cinta yang tulus bisa saja
seiring waktu biasanya terjadi atas dasar kepentingan-kepentingan belaka,
singkatnya pertemanan yang tanpa landasan tersebut, memiliki tujuan agenda terselubung "siapa yang
memetik satu kepentingan diatas siapa". Kita sering merasa diuntungkan
oleh sebuah pertemanan, pada saat tertentu. Seolah seorang teman sedang menjadi dewa penyelamat
atas persoalan-persoalan pelik yang kita hadapi selama ini. Padahal kalau kita
renungkan lebih mendalam—sebenarnya kita sedang dimanfaatkan lebih jauh oleh
siapa yang saat ini kita anggap dewa penyelamat kita..
Bisa jadi mereka sedang "mencari untung" diatas kebolehan, dan anugerah
yg tuhan lebihkan pada diri kita, memang kita merasa diuntungkan juga pada saat itu—tetapi ia adalah keuntungan yang semu.. Sementara itu, persaudaraan, ukhuah islamiah dan cinta yang tulus
adalah tidak pernah mengenal istilah memanfaatkan atau dimanfaatkan..
Kawan....berjagala-jagalah terhadap lingkungan, karena saat labil
datang menghampiri kita, seluruh akal sehat tak lagi mampu mengendalikan jalan
pikiran kita.. disaat inilah lingkungan dan pengaruh berusaha dengan segala
akal bulusnya menggerus kita kearah yang sebenarnya kita benci—bahkan kita
musuhi dimasa lalu.
Merenunglah setiap saat "sejauh mana kita telah
melangkah disetiap harinya adalah satu-satunya penjaga kita kearah yang lebih
baik dimasa depan". Saat kegembiraan menghampiri, kita berpikir ini adalah
hidup yg sesungguhnya.. Padahal, kita sedang terjebak dalam kegembiraan yang
semu.. Ada saat, ketika kita labil dan kehilangan akal sehat—terjebak dalam ego
keinginan gembira diwaktu yang singkat—namun kita tanpa sadar sebenarnya sedang
mengorbankan dan menghancurkan harapan orang-orang yang kita sayangi.
Merenunglah.. Karena dengan merenung, kita akan
senantiasa kembali lagi dalam jalan yang kita inginkan—jalan yang akan
menyelamatkan kita dan mereka yang kita sayangi.. Terkadang kita lebih sering
bertaruh untuk kegemberiaan yang kecil, dengan taruhan resiko yang besar, yang
apabila terjadi diluar kendali kita, ia akan memporak-porandakan seluruh
harapan orang yang kita sayangi..
Bersyukurlah saat kita sedang
dihimpit masalah, karena saat masalah menghampiri—sebenarnya kita dipaksa merenung,
berpikir dan memulai tindakan yang benar untuk capaian masa depan diri dan
orang-orang yg kita sayangi. Saat gembera, cobalah untuk berpikir dengan cara seperti
saat kita sedang susah.. karena dengan itu—kita akan selalu mampu mengemudikan gerbong
hidup kita kearah yang membahagiakan diri dan mereka yang kita cintai.
0 comments:
Posting Komentar
Tinggalkan Pesan disini,
Terimakasih atas Kunjungan anda