Google Search

Jerman Menang adalah Kemenangan Ras Unggul

Piala dunia memang unik, setiap saat dapat terjadi hal-hal yang spektakuler. Jerman sebagai salah satu tim dalam pertandingan piala dunia Afrika Selatan sudah mampu menunjukkan kualitasnya, dapat mengalahkan Argentina dengan skor telak 4-0. Banyak pengamat sepakbola yang memprediksikan Argentina bakal menang mulus,bahkan digadang-gadang akan menjadi juara dunia kali ini,--semuanya meleset jauh, bahkan diluar dugaan Jerman mampu membuat angka fantastis tanpa balas. Kekalahan telak Argentina saat itu, bukan hanya membuat malu pendukung, tapi juga para pengamat yang telah sesumbar meremehkan Jerman.
Para pengamat bola banyak yang terjebak pemberitaan media tentang kehebatan Lionel Messi,  plus Diego Armando Maradona sang legendaris bola era tahun 80-an itu yang kini menjadi pelatih timnas Argentina, seolah pesona Messi dan Maradona sudah sangat lengkap untuk menyebut tim paling hebat seantero jagat bagi pesepakbola yang berasal dari Amerika Latin itu, yach... begitulah gambaran banyak pengamat bola yang saya temui ketika mereka memberi ulasan mengenai prediksi pertandingan Jerman Vs Argentina.
Oya teman-temanku, buat sementara saya hendak keluar dulu sebentar dari memperuncing diskusi mengenai pertandingan Jerman Vs Argentina, sebab makin berlama saya mengulas cerita itu, maka akan semakin menganga pula luka yang akan saya toreh keatas diri para fans Argentina yang konon katanya suka sombong dan bangga-banggain Messi. Tapi, ya namanya mereka sudah terlanjur sesumbar, jadi sudah sepantasnya bagi mereka yang kalah untuk saya panggil pecundang, termasuk bagi pendukungnya, dan pengamat yang pro mereka sekaligus.. hehe

Redam dulu emosi kekalahan mu kawanku, kali ini saya berjanji deh, kekalahan tim mu tidak akan saya ungkit lagi, sementara ini saya hendak melihat fenomena baru yang terjadi akibat pergumulan olahraga sepakbola yang mendunia, bahasan saya sekarang agaknya lebih terarah kepada para bolamania. Tengok penampilan mereka saat mendukung tim kesayangannya tampil, ada yang sekedar membeli kustum tim idolanya, ada yang mengubah penampilan bahkan terkesan nyentrik demi tim yang ia dukung. Ada pula yang rela melupakan sejarah pahit atas bangsanya, sebut saja Belanda misalnya,-yang  pernah menjajah Indonesia selama 350 Tahun, tapi tak sedikit warga Indonesia yang mendukung tim Belanda, artinya bola mampu menggerus nasionalisme serta telah menjadi obat lupa atas sejarah kekejaman masa lalu. Fenomena itu menarik diteliti lebih lanjut, untuk kemudian dijadikan bahan bagi mereka yang hendak melihat lebih dalam kebudayaan masyarakat modern,--kalau di zaman dulu difusi kebudayaan terjadi karena perdagangan, sekarang ini transaksi budaya terjadi oleh olahraga bola. Makanya sekarang kita banyak menemui iklan produk dan iklan politik yang disajikan dengan menampilkan aktor sepakbola kawakan.

Kembali lagi ke soal Jerman, Bagi Jerman menang dalam laga bola bukanlah hal baru, dipertengahan abad ke-20 walaupun masih disebut Jerman Barat, mereka pernah menjadi juara dunia dan tampil sebagai runner-up beberapa kali . Masa-masa itu, jerman masih di pimpin Adolf Hitler, seorang pemimpin bangsa Aria yang mengagung-agungkan Jerman dengan sebutan sebagai ras unggul. Terlepas hari ini rezim Hitler telah runtuh, bahkan sisanya juga tak lagi berbekas, namun semangat ras unggul telah membuat Jerman bukan hanya menjadi negara yang maju dalam industri, tetapi telah membuat mereka senantiasa unggul dalam even olahraga.

Kemenangan Jerman kali ini, menurut saya perlu dipandang sebagai kemenangan akibat dari pengaruh ideologi Hitler, pemimpin bangsa itu telah mampu mengantarkan bangsanya menuju kemajuan yang melambung. Tak bisa dipungkiri bahwa Hitler dengan kebijakan "politik ras arianya",--membuat banyak korban dalam sejarah Jerman, namun kalau melihat kemajuan yang dicapai Jerman sekarang rasanya politik Hitler yang telah memakan korban telah tergantikan dengan sekejab. 

Perlu di ingat, Jerman sekarang tidak lagi hidup dalam rezim politik rasialis, bahkan mereka sudah sangat kosmopolit, lihat saja bagaimana komposisi tim nas Jerman sekarang,--mereka justru didominasi oleh warga keturunan, ini membuktikan bahwa Jerman sudah benar-benar keluar gaya politik ras. Menurut saya, kebijakan Hitler dengan mengangkat marwah ras aria di saat ia berkuasa sudah sangat tepat, apalagi dengan kondisi politik Jerman yang kalah perang waktu itu, ditambah dengan perjanjian versailles yang merugikan bangsa mereka, tentunya pilihan membangun konsolidasi rasialis dipandang berhasil membangkitkan kembali semangat nasionalisme mereka dan sekarang dengan kehebatan Jerman di segala sektor kehidupan sudah lebih dari cukup bagi kita untuk memberi apresiasi atas kebijakan pemimpin bangsa mereka saat itu. Singkatnya kebijakan ras unggul ala Hitler terjadi pada kondisi dan disaat yang tepat. Saya yakin, jika Hitler hari ini hidup di Aceh, tentunya dia juga akan menggelorakan semangat ras unggul bagi Aceh. Apalagi suasana rakyat Aceh yang kalah dalam pertarungan perang kemarin (1976-2005). 

Tentunya kebijakan meng-unggulkan diri yang saya maksudkan bukanlah dengan mengadopsi Hitler secara keseluruhan , tetapi perlu diterjemahkan ulang dalam butir-butir kebijakan yang dapat membuat kita menjadi unggul serta disesuaikan dengan tradisi Aceh, apalagi Aceh juga punya semangat unggul itu dalam tradisi budayanya,--lihat bagaimana angkuhnya orang aceh ketika menyebut "bangsa Aceh bangsa leubeh ateuh rhueng donya (bangsa Aceh bangsa yang paling unggul di dunia)". Dengan tradisi yang sudah ada, tentunya practice political  meng-unggul-kan orang Aceh tentu akan lebih mudah untuk diterapkan, ketimbang mencari cara lain yang tidak sesuai dengan tradisi Aceh. 

Kebijakan "Unggul" itu dapat diterapkan, dengan meng-unggulkan sumberdaya manusianya, kita bikin saja kebijakan yang berujung pada setiap orang Aceh harus sekolah diluar negeri, atau dengan visi setiap orang Aceh wajib sarjana, yang tidak sarjana bukan Aceh. Boleh juga dengan kebijakan yang memperkaya ekonomi rakyat, misalkan dengan membuat motto; one man one billion (satu orang satu milliar) maknanya bahwa orang paling miskin di Aceh memiliki kekayaan satu miliar,-yang tidak punya satu miliar bukan Aceh. Kalau kebijakan yang demikian keras dan serius kita buat untuk rakyat kita, tentunya tidak perlu 30 tahun untuk dapat mencapai Aceh yang unggul di segala lini, wal hasil jadilah Aceh bangsa yang unggul.


Maaf, bila dalam penyampaian tulisan ini kentara unsur rasisnya, tapi saya tidak bermaksud bergitu, saya hanyalah seorang pendukung Jerman dalam piala dunia kali ini, lihat photo ku, mirip Hitler, kan? hehee
Hidup Hilter, Hidup Jerman, semoga Jerman menjadi juara dunia.
Bravo Derpanzer
#

Artikel Terkait



0 comments:

Posting Komentar

Tinggalkan Pesan disini,
Terimakasih atas Kunjungan anda

TENTANG YANG POENYA BLOG INI

Foto saya
Banda Aceh, Aceh, Indonesia
Dilahirkan di Gampong Pedalaman Aceh, Menempuh Pendidikan Sampai Tingkat SMA disana, Pindah dan Merantau Ke Banda Aceh. Saat ini berdomisi di Jakarta. Berminat pada kajian isu-isu sosial, ekonomi, politik. Bercita-cita Menjadi Pengusaha sekaligus politisi profesional Yang Senantiasa Akan Berjuang Untuk Mewujudkan Peradaban Yang Lebih Baik.