Google Search

SEBUAH FAKTA CINTA ZAMAN INI

Teknologi telah mempengaruhi seluruh prilaku manusia dan peradaban secara massal, dan tanpa kita sadari, prilaku kita sendiri sebenarnya telah dipengaruhi oleh teknologi yang berkembang dalam masyarakat.  Teknologi bukan hanya mempengaruhi cara-cara orang bekerja dan mendapatkan penghasilan ekonomi, tetapi melahirkan bentuk kepercayaan dan ketidakpercayaan terhadap sesuatu dan bahkan telah mampu memberi warna tersendiri kepada hal-hal yang cukup privasi dan alamiah, seperti bagaimana cara seseorang  menemukan pasangan dalam hidupnya.

Sejumlah penelitian yang dilakukan di Negara maju baru-baru ini, menunjukkan bahwa selain universitas atau tempat akademik, jejaring social dunia maya seperti facebooktwitter, dll telah menjadi sarana utama bagi seseorang dalam memperoleh pasangan-pacaran bahkan banyak yang menikah setelah berkenalan lewat fasilitas social tersebut.

Di Indonesia sendiri, penelitian akademik tentang hal ini memang belum banyak dilakukan, namun beberapa contoh yang kita temui disekitar kita, ternyata jejaring social internet juga turut andil dalam mempertemukan orang-orang dengan belahan jiwanya. Sepupu saya sendiri, juga telah menikah setelah mereka akrab didunia maya selama lebih dari satu tahun tanpa bertatap muka, kemudian bertemu, tak lebih dari dua bulan mereka menikah dan sekarang pasangan mereka telah dikarunia seorang anak.

Saya pernah mendengar cerita dari para kakek-nenek, mereka bertemu dengan pasangannya—sekarang menjadi istrinya, hanya pada saat hendak menikah saja, mereka telah dijodohkan oleh orang tuanya.

di Era 70-80an hal tersebut mulai mulai terjadi perbedaan, orang-orang sudah mulai mengenal istilah pacaran sebagai suatu hubungan saling mengenal sebelum menikah, hal ini mungkin saja dipengaruhi oleh televisi, radio dan surat kabar sebagai teknologi informasi yang berkembang pada masa itu. Perkenalan lawan jenis masih saja seputar, sekolah, tempat pengajian, pesta kawinan, acara adat dll yang bersifat pertemuan tatap muka, dan yang paling hebat dari perhubungan cinta zaman itu adalah menggunakan surat-menyurat.

Jarangnya tatap muka dan komunikasi pada era 70-80-an, hal ini sebagai akibat dari keterbatasan teknologi yang ada pada saat itu. Karenanya, sistem kepercayaan yang berlaku antar pasangan pada masa itu masih terjadi secara “semi primitif"—dimana para pasangan-pacaran masih mengandalkan informasi dari “mulut ke mulut” dalam mengenal pasangan siapa mereka yang sesungguhnya secara sosial, sehingga persoalan yang muncul dalam hubungan pacaran di era itu, masih sebatas akibat dari fitnah atau provokasi orang lain, selebihnya adalah faktor keluarga dan mungkin juga harta dalam arti materialis. Kalau kita sering menyimak alur cerita dari “film-film cinta” ala India, tentu kita dapat menemukan "jalan cinta" yang muncul antar setiap era film tersebut diproduksipun berbeda-beda. 

Keadilan Tuhan dan Jodoh Zaman Modern

Jodoh, rezeki dan kematian memanglah rahasia dari sang pencipta, dan bahwa benar setiap manusia juga sudah ditentukan siapa pasangan hidupnya. Karena itu manusia diberikan pilihan untuk berusaha. Disinilah letak kemerdekaan manusia untuk melakukan hal-hal yang dianggap baik untuk dirinya. Kalau era kakek-nenek sampai era orang tua kita ditahun 80-an ruang yang disediakan tuhan untuk pertemuan orang-orang masih sebatas pertemuan fisik dan tatap muka, maka cinta dalam arti jodoh dan rezeki orang juga diatur oleh pertemuan tatap muka belaka.

Berkaitan dengan zaman modern, dimana alat-alat komunisi mulai canggih seperti handphone dan internet, maka ruang pertemuan yang dapat melahirkan cinta orang-orang juga mulai bergeser dari sekedar hanya pertemuan fisik biasa juga telah melibatkan alat-alat teknologi yang berkembang.

sebenarnya, inilah fenomena keadilan Ilahiyah dalam setiap zaman, ketika kesibukan orang mulai menjauh dari urusan fisik—kepada urusan global—dunia teknologi internet, maka rasa cinta sebagai suatu anugrah dari-Nya pun telah diberikan kepada setiap orang bukan lagi hanya karena dari perjumpaan fisik, namun Sang Khalik juga memberikan rasa cinta kepada mereka yang bertemu melalui dunia non fisik —internet.  

Lebih lanjut, Masalah-masalah dalam hubungan "perasaan" zaman modern juga mulai kompleks, sebagai akibat ketersediaan ruang yang lebih banyak untuk itu. Kalau dulu, mungkin orang hanya bertengkar masih sebatas ruang pertemuan fisik atau surat menyurat, maka sekarang orang-orang mulai bertengkar menggunakan alat-alat teknologi. Bahwa tuhan memang adil, memberi rasa lewat dunia fisik, maka masalah-masalahnya pun terjadi dan diselesaikan diruang fisik, begitu sebaliknya berkenalan lewat dunia teknologi maka penyelesaiannya juga disediakan ruang teknologi.

Inilah fakta zaman modern, dimana kita hidup pada zaman ini, bahwa perkenalan yang terjadi lewat teknologi dunia modern adalah sebuah fakta zaman, bahwa kemudian melibatkan perasaan, karena perasaan berasal dari Tuhan. Yakinkan diri, bahwa sebenarnya Dialah yang telah menyediakan lahirnya rasa cinta di ruang dunia maya sebagai wujud keadilan diri-Nya pada manusia yang hidup pada zaman .

Kepada siapapun yang sudah menjalin hubungan mereka dari pertemuan dunia maya, sebagai konsekuensi logis dari penggunaan teknologi zaman modern, tentu saya mendoakan hubungan mereka dapat berjalan dengan baik dan menemui kebahagian yang berujung jodoh dan pernikahan.

Banda Aceh, 27 Desember 2012

(Tulisan ini secara khusus aku persembahkan untuk seorang perempuan yang berinisial F, yang aku kenal dari dunia maya)
#

Artikel Terkait



0 comments:

Posting Komentar

Tinggalkan Pesan disini,
Terimakasih atas Kunjungan anda

TENTANG YANG POENYA BLOG INI

Foto saya
Banda Aceh, Aceh, Indonesia
Dilahirkan di Gampong Pedalaman Aceh, Menempuh Pendidikan Sampai Tingkat SMA disana, Pindah dan Merantau Ke Banda Aceh. Saat ini berdomisi di Jakarta. Berminat pada kajian isu-isu sosial, ekonomi, politik. Bercita-cita Menjadi Pengusaha sekaligus politisi profesional Yang Senantiasa Akan Berjuang Untuk Mewujudkan Peradaban Yang Lebih Baik.